2025-04-17 | admin3

Chapati Berlumur Minyak Bekas Pakai Goks Banget?!

Chapati, roti pipih asal India yang telah mendunia, dikenal sebagai makanan sederhana namun mengenyangkan. Terbuat dari tepung gandum utuh, air, dan sedikit garam, chapati biasanya dimasak di atas wajan panas tanpa tambahan lemak berlebihan. Namun, di beberapa sudut jalanan India atau bahkan warung-warung kecil yang ramai pembeli, chapati seringkali disajikan dengan “glaze spesial”: minyak bekas pakai.

Bukan sembarang minyak, tapi minyak yang telah digunakan berkali-kali untuk menggoreng beragam makanan. Dari gorengan pedas, sayuran, hingga cemilan manis, semua meninggalkan jejak rasa dan aroma dalam minyak tersebut. Lalu minyak itu dipakai kembali untuk memoles chapati agar tampak lebih mengkilap dan terasa gurih. Praktis, hemat, tapi… sehatkah?


Minyak Bekas: Murah tapi Berisiko

Minyak goreng yang telah digunakan berkali-kali mengalami proses oksidasi. Warnanya menggelap, aromanya tajam, dan kandungan zat berbahayanya meningkat. Penggunaan minyak seperti ini—terutama saat dipanaskan https://www.innovativebeautyacademy.com/ berulang kali—dapat menghasilkan senyawa beracun seperti akrolein dan aldehida, yang berpotensi memicu peradangan, masalah pencernaan, bahkan penyakit kronis seperti kanker dalam jangka panjang.

Namun bagi banyak pedagang kecil, penggunaan minyak bekas adalah soal bertahan hidup. Harga minyak yang terus naik tidak sebanding dengan margin tipis yang mereka dapat dari menjual chapati seharga beberapa rupee. Maka, menggunakan minyak bekas pakai dianggap solusi ekonomis.


Pembeli: Tahu tapi Diam

Yang mengejutkan, banyak pelanggan tahu bahwa minyak yang digunakan sudah bukan dalam kondisi segar. Tapi tetap membeli, bahkan mengantri. Beberapa beralasan soal rasa: chapati yang dipoles minyak bekas lebih gurih, ada jejak aroma masakan lain yang “menambah karakter”.

Sementara yang lain pasrah: “Di sini murah, mau gimana lagi.” Sebagian besar hanya ingin perut kenyang dengan harga terjangkau. Pilihan antara lapar atau makan dengan risiko kesehatan, sayangnya, jadi realita banyak orang.


Solusi Setengah Jalan

Beberapa komunitas lokal dan LSM mencoba memberi solusi. Dari pelatihan pengolahan makanan yang sehat, bantuan alat masak hemat minyak, hingga edukasi tentang bahaya minyak bekas. Ada juga yang memperkenalkan sistem minyak daur ulang yang aman, di mana minyak bekas ditukar dengan minyak baru bersubsidi.

Namun semua ini tetap menghadapi tantangan besar: minimnya kesadaran, keterbatasan dana, dan kebiasaan yang sudah mengakar.


Chapati atau Catastrophe?

Chapati seharusnya jadi simbol makanan sehat—tanpa digoreng, tanpa lemak berlebih. Tapi kenyataannya di lapangan bisa jauh berbeda. Ketika lapisan minyak bekas menyelimuti makanan ini, kita perlu bertanya ulang: apakah kita masih makan demi gizi, atau hanya demi kenyang?

BACA JUGA: Mie Ayam Jamur ‘Abang-Abang’: Jamur Hitam dan Minyak Berlebih Takuya Fans Berbondong

Share: Facebook Twitter Linkedin